FESTIVAL BUDAYA MIHING
MANASA KABUPATEN GUNUNG MAS
KONTINGEN KECAMATAN MIRI
MANASA
LOMBA : HABAYANG PUTRA DAN
HABAYANG PUTRI
Asslamualaikum
Wr. Wb, Syalom, Om Swasti Astu
Lomba Habayang / Gasing kegiatan ini
dilaksanakan guna melestarikan budaya
Adat Dayak pada jaman dahulu karena ketidakadaaan media permainan untuk anak –
anaknya makanya leluhur Dayak menciptakan permainan Bayang / Gasing yang dimana
medianya adalah :
1.
Kayu biasanya dibuat dari Kayu Besi / Kayu Ulin / Kayu Hutan lainnya
yang dirasa kuat untuk menahan hantaman yang tidak mudah rusak / terbelah oleh
musuh tanding biasanya dibuat dengan membentuk bulat / lonjong seperti sebuah
Guci / balanai bahasa dayaknya sehingga memiliki Kekuatan Putaran
2.
Tali = Tali yang digunakan pada zaman dahulu dari anyaman Tengang /
Kayu Hutan dan saat ini sangat sulit dicari. Karena kekuatannya sangat kuat
menahan beban.
3.
Ukuran bayang biasanya seukuran kepalan tangan pengguna bayang untuk
memudahkan penggunanya dalam melakukan permainan habayang ini.
Permainan ini sebenarnya sangat mudah yaitu pertama
– tama dilakukan tanding Curai atau memutarkan Bayang/ Gasing untuk mencari
posisi memasang dan menikam semakin lama putarannya dari Bayang/ Gasing yang
lain semakin tinggi jabatannya sehingga menjadi Rajanya. Contohnya pemain ada 2
Orang yang berputar dan berhenti terakhir dialah Rajanya dan yang pertama
berhenti putaran Bayang/Gasingnya dia memasang pertama dan rajanya yang
menikam.
Apabila kita memasang dan penikam pertama salah
menembak/menikam Bayang/Gasing kita ataupun terkena Bayang/Gasing kita tetapi
Putaran Bayang/Gasingnya kalah dengan yang memasangnya maka dia turun posisinya
dan tidak mendapat nilai dan yang memasang mengganti Posisinya tersebut dan
mendapat nilai / point. Dengan catatan bayang pemasang masih hidup/berputar dan
menang dari penikam baru dapat dihitung/dinilai poinnya.
Setiap kita / pemain yang menduduki Posisi Raja
meraih poin 1 tergantung dari aturan yang dilaksanakan Panitia, contohnya di
festival budaya Mihing Manasa setiap kontingen memiliki 3 perwakilan peserta
putra dan 3 perwakilan peserta putri.
Contohnya Hasil undian / cabutan nomor urut kec. Miri Manasa melawan
kec. Kurun jadi putra melawan putra dan putri melawan putri. Pada saat pertandingan
dipilihlah posisi penembak dan penikam yang dilakukan dengan bacurai / memutar
bayang terlama.
Setelah itu 3 Putra itu langsung menghadapi 3 putra
musuh tandingnya dan menurut aturan ada 7 kali menembak dan 7 Kali memasang
bagi tiap peserta tersebut sehingga didapatlah akumulasi hitungan nilai berapa
kali dia mendapat kan nilai atau skor.
Contohnya = 1 peserta memasang 7 kali dan penembak /
musuhnya menikam gasing/bayang tersebut hanya ada 3 kali mengenai bayang dan
menang dalam adu putaran. Maka dia hanya mendapat point 3 saja dan di akumulasikan
dengan dua peserta dari tim yang sama sehingga mendapat total poin berapa dan
dibandingkan dengan lawan tanding sehingga didapatlah pemenang dari lomba
habayang tersebut dan dapat melanjutkan ke pertandingan selanjutnya misal semi
final atau finalnya karena biasanya menggunakan sistem Gugur. Dan hanya diambil
3 Besar saja sebagai Juara I, II dan III dari kecamatan yang berkompetisi.
Peraturan ini berlaku untuk putra dan putri dan
arena pertandingan dibuat pembatas biasanya lingkaran bulat berdiameter 10
Meter untuk memudahkan wasit dalam penilaiannya tambahan apabila Penikam
menembak dan mementalkan bayang/gasing lawan keluar dari lingkaran tersebut
maka langsung mendapat nilai / poin walaupun bayang/ gasing lawan masih hidup.
Demikian biografi singkat tentang Lomba Habayang khas
dayak yang dilombakan di Festival Budaya Mihing Manasa pada minggu ke dua Bulan Juni di Kuala Kurun
Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar