Sabtu, 07 Mei 2016

LOMBA HABAYANG / GASING

FESTIVAL BUDAYA MIHING MANASA KABUPATEN GUNUNG MAS
KONTINGEN KECAMATAN MIRI MANASA
LOMBA : HABAYANG PUTRA DAN HABAYANG PUTRI



Asslamualaikum Wr. Wb, Syalom, Om Swasti Astu

Lomba Habayang / Gasing kegiatan ini dilaksanakan  guna melestarikan budaya Adat Dayak pada jaman dahulu karena ketidakadaaan media permainan untuk anak – anaknya makanya leluhur Dayak menciptakan permainan Bayang / Gasing yang dimana medianya adalah :
1.     Kayu biasanya dibuat dari Kayu Besi / Kayu Ulin / Kayu Hutan lainnya yang dirasa kuat untuk menahan hantaman yang tidak mudah rusak / terbelah oleh musuh tanding biasanya dibuat dengan membentuk bulat / lonjong seperti sebuah Guci / balanai bahasa dayaknya sehingga memiliki Kekuatan Putaran
2.     Tali = Tali yang digunakan pada zaman dahulu dari anyaman Tengang / Kayu Hutan dan saat ini sangat sulit dicari. Karena kekuatannya sangat kuat menahan beban.
3.     Ukuran bayang biasanya seukuran kepalan tangan pengguna bayang untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan permainan habayang ini.



Permainan Gasing Dayak / Habayang


Permainan ini sebenarnya sangat mudah yaitu pertama – tama dilakukan tanding Curai atau memutarkan Bayang/ Gasing untuk mencari posisi memasang dan menikam semakin lama putarannya dari Bayang/ Gasing yang lain semakin tinggi jabatannya sehingga menjadi Rajanya. Contohnya pemain ada 2 Orang yang berputar dan berhenti terakhir dialah Rajanya dan yang pertama berhenti putaran Bayang/Gasingnya dia memasang pertama dan rajanya yang menikam.

Apabila kita memasang dan penikam pertama salah menembak/menikam Bayang/Gasing kita ataupun terkena Bayang/Gasing kita tetapi Putaran Bayang/Gasingnya kalah dengan yang memasangnya maka dia turun posisinya dan tidak mendapat nilai dan yang memasang mengganti Posisinya tersebut dan mendapat nilai / point. Dengan catatan bayang pemasang masih hidup/berputar dan menang dari penikam baru dapat dihitung/dinilai poinnya.

Setiap kita / pemain yang menduduki Posisi Raja meraih poin 1 tergantung dari aturan yang dilaksanakan Panitia, contohnya di festival budaya Mihing Manasa setiap kontingen memiliki 3 perwakilan peserta putra dan 3 perwakilan peserta putri.  Contohnya Hasil undian / cabutan nomor urut kec. Miri Manasa melawan kec. Kurun jadi putra melawan putra dan putri melawan putri. Pada saat pertandingan dipilihlah posisi penembak dan penikam yang dilakukan dengan bacurai / memutar bayang terlama.

Setelah itu 3 Putra itu langsung menghadapi 3 putra musuh tandingnya dan menurut aturan ada 7 kali menembak dan 7 Kali memasang bagi tiap peserta tersebut sehingga didapatlah akumulasi hitungan nilai berapa kali dia mendapat kan nilai atau skor.

Contohnya = 1 peserta memasang 7 kali dan penembak / musuhnya menikam gasing/bayang tersebut hanya ada 3 kali mengenai bayang dan menang dalam adu putaran. Maka dia hanya mendapat point 3 saja dan di akumulasikan dengan dua peserta dari tim yang sama sehingga mendapat total poin berapa dan dibandingkan dengan lawan tanding sehingga didapatlah pemenang dari lomba habayang tersebut dan dapat melanjutkan ke pertandingan selanjutnya misal semi final atau finalnya karena biasanya menggunakan sistem Gugur. Dan hanya diambil 3 Besar saja sebagai Juara I, II dan III dari kecamatan yang berkompetisi.

Peraturan ini berlaku untuk putra dan putri dan arena pertandingan dibuat pembatas biasanya lingkaran bulat berdiameter 10 Meter untuk memudahkan wasit dalam penilaiannya tambahan apabila Penikam menembak dan mementalkan bayang/gasing lawan keluar dari lingkaran tersebut maka langsung mendapat nilai / poin walaupun bayang/ gasing lawan masih hidup.

Demikian biografi singkat tentang Lomba Habayang khas dayak yang dilombakan di Festival Budaya Mihing Manasa  pada minggu ke dua Bulan Juni di Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah Indonesia










Tidak ada komentar:

Posting Komentar